Detail Cantuman
Advanced SearchText
Si Anak Badai
Sinopsis
Novel Si Anak Badai karya Tere Liye ini mengisahkan tentang anak laki laki bernama Zaenal atau kerap disapa Za yang berasal dari kampung Muara Manowa. Ia bersama teman temannya berusaha mempertahankan kampung halaman mereka yang hendak digusur karena akan dibuat pelabuhan. Mengapa judulnya "Si Anak Badai" ? Ini karena kehidupan mereka yang tidak lepas dari laut, julukan itu berasal saat mereka ikut melaut untuk menangkap ikan cakalang, nah ditengah laut lepas tersebut tiba tiba ada badai yang menerjang kapal mereka, Za bersama temannya Ode bahkan hampir terseret badai namun akhirnya mampu menyelamatkan diri dan muncul lah julukan "Si Anak Badai" untuk geng mereka.
Awalnya novel ini menceritakan kehidupan Zaenal dan keluarganya, Za adalah anak seorang pegawai kecamatan bernama Zul, ibunya yang bernama Fatma hanyalah ibu rumah tangga yang punya pekerjaan sebagai penjahit. Za punya 2 adik yang bernama Fatahillah dan Thiyah. Kehidupan keluarga ini layak dijadikan panutan keluarga dijaman sekarang dimana dalam mendidik anak anak dibutuhkan ketegasan namun jangan sampai ada kekerasan, misalnya seperti Mamak ketika memberi perintah Za dan Fat untuk mengukur baju Wak Sidiq, awalnya mereka menolak namun Mamak dengan ucapan yang tegas dan serius mampu membuat kedua anaknya untuk menurutinya. Selain itu dalam keluarga ini pula mengajarkan bagaimana menghargai Mamak atau Ibu sebagai orang yang banyak jasanya dalam sebuah keluarga, yang tugasnya bisa berlipat namun mampu dilakukan tanpa mengeluh sedikitpun, seperti menyuci baju, menyetrika, masak, mencuci piring, membersihkan rumah, dan Mamak masih mampu untuk cari tambahan uang dengan menjahit.
Kehidupan dikampung Manowa awalnya baik baik saja, lalu datanglah utusan yang mengaku dari provinsi membawa kabar akan membangun sebuah pelabuhan di kampung mereka, jelas saja warga kampung menolak. Sekalipun warga pada awalnya diberi iming iming tempat tinggal baru, mereka tetap menolaknya. Adalah Pak Kapten yang dianggap sesepuh kampung yang berani menyuarakan penolakannya hingga membuat utusan provinsi itu pulang dengan hati yang kesal sekaligus dendam. Masalahnya semakin bertambah rumit ketika tiba tiba ada perintah penangkapan Pak Kapten lantaran kasus yang melibatkannya dimasa silam.
Disaat sulit tanpa adanya Pak Kapten sebagai sesepuh kampung, warga hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan bahwa tempat tinggal mereka sebentar lagi akan digusur. Bahkan ketika sekolah satu satunya dikampung itu dirobohkan tidak ada yang mampu berbuat banyak, membuat anak anak menangis karena sekolah mereka digusur.Tapi tidak untuk geng "Si Anak Badai" ini, mereka berusaha mencari cara untuk menggagalkan rencana pembangunan pelabuhan itu. Hingga akhirnya dengan kekompakan dan semangat membara meraka berempat, mereka mampu membawa bukti yang mampu menyelamatkan kampung mereka dari penggusuran.
Alur
Alur yang digunakan di novel ini adalah alur maju. Meskipun ada bagian cerita yang mengungkit masa lalu tapi tidak diceritakan secara langsung, seperti saat Pak Kapten ditangkap perihal kasus peledakan kapal Maju Sejahtera yang terjadi 10 tahun lalu, Pak Kapten dianggap ingin balas dendam lantaran utang piutang yang pernah melibatkannya. Pada bagian ini hanya diceritakan sedikit saja, tidak ada bagian arus baliknya. Menurut saya ini sudah pas agar ceritanya bisa tetap fokus ke geng "Si Anak Badai".
Cerita dimulai dengan kisah keluarga Zaenal. Lalu Za dengan teman se gengnya. Dimana ada saja hal yang dapat dijadikan olok olok maupun bahan candaan untuk mereka, yang pasti membuat pembaca terhibur sampai terpingkal karena ulah mereka. Mereka berempat ini bila tanggal merah selalu menunggui kapal yang melintas di kampung mereka sambil berteriak "Manowa..Manowa, Juragan... Pak Boss....atau Pak Haji...", berharap penumpang melemparkan uang koin yang kemudian mereka rebutkan. Ada juga selipan kisah romantis khas anak SD yang menjadi bumbu dari novel ini. Yaitu kisah Za dan Rahma, meskipun begitu kisah mereka hanyalah sebatas cinta monyet yang masih wajar dan tidak terlalu berlebihan seperti dijaman sekarang ini. Bang Tere Liye ini memang kreatif kalau menulis. Saya paling suka saat Pak Kapten menggoda Za dengan mengatakan " kelak kalau kau berjodoh dengan cucuku jagalah dia", yang membuat Za merasa malu.
Ada juga kisah Malim yang hendak putus sekolah, ia menganggap sekolah tidak akan ada manfaatnya, yang ia inginkan hanya jadi saudagar yang punya banyak kapal. Namun akhirnya berkat bujukan yang tak kenal putus asa dan rasa setia kawan yang dimiliki geng "Si Anak Badai" membuat Malim kembali ke bangku sekolah.
Lalu mulailah kisah dimana ada utusan dari provinsi yang hendak membangun pelabuhan di kampung Manowa, namun warga kampung kompak menolak. Walaupun utusan dari provinsi itu melakukan segala cara licik namun pada akhirnya rencana membangun pelabuhan itu mampu digagalkan.
Sudut Pandang
Menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. Yaitu Za yang berperan sebagai aku.
Tokoh dan Penokohan
Ada banyak sekali tokoh dicerita ini yang tentunya punya karakter masing masing, dan setiap karakternya selalu punya ciri tersendiri. Saya suka karakter anak anak kampung Manowa yang selalu mengundang gelak tawa saat membaca kisah mereka. Dan saya paling suka waktu anak anak kampung itu diusir karena bergerombol dan mengikuti kemanapun utusan provinsi berjalan saat utusan itu mengunjungi kampung mereka, karena bagi mereka itu sudah tradisi. Mereka tetap keukeh berjalan mengikuti meskipun diusir berkali kali, mereka memang selalu kompak. Nah dibawah ini saya tuliskan siapa saja tokoh beserta watak dari novel Si Anak Badai.
1. Zaenal : biasa dipanggil Za, seorang anak kelas 6 Sd yang bercita cita jadi ahli cuaca agar ia mampu memperkirakan akan ada badai atau tidak, Za ini adalah anak yang pantang menyerah dan setia kawan.
2. Fatahillah : adik Za yang pertama, Fat ini anak kelas 5 Sd, ia merupakan anak yang suka protes.
3. Thiyah : adik Za yang kedua, Thiyah kelas 3 Sd, merupakan anak yang cerdik dan penurut dan terkadang suka minta diperhatikan.
4. Ode : teman sekelasnya Za yang juga anggota geng "Si Anak Badai", Sifatnya suka nge-bos.
5. Malim : teman Za yang juga anggota "Si Anak Badai", Malim ini anak yang banyak celotehnya, juga sok pintar.
6. Awang : teman Za yang juga anggota "Si Anak Badai", Awang ini pandai berenang, pembawaannya serius tapi santai.
7. Fatma : Mamaknya Zaenal, merupakan sosok ibu yang menyayangi keluarganya, Mamak ini orangnya tegas namun lembut.
8. Zul : Bapaknya Zaenal, seorang pegawai kecamatan, bapak ini tipe orang yang suka bercanda dan romantis.
9. Sakai bin Manaf atau Pak Kapten : merupakan sesepuh di kampung, orang kampung memanggilnya Kakek, suka berbicara sesukanya marahpun juga sekehendak hatinya, suka menakuti anak anak kampung dengan ancaman mengutuknya jadi kodok muara, tapi kakek ini merupakan orang yang baik hingga disegani warga kampung.
10. Paman Deham : Anaknya Pak Kapten
11. Rahma : Anak Paman Deham yang juga sekelas dengan Za, Rahma ini gadis yang baik.
12. Wak Sidiq : Kepala Kampung Manowa.
13. Mutia : Anak Wak Sidiq, kelas 1 Sd, punya tape recorder yang dipakai untuk merekam suaranya.
14. Kak Ros : Seorang pemilik warung dekat sekolah.
15. Wak Adnan Buyung : Seorang Penasihat Hukum, Adiknya Wak Sidiq.
16. Pak Puguh : Seorang penjaga kantor kecamatan.
17. Guru Rudi : Guru mengaji di Manowa.
18. Bu Rum : Guru Matematika di sekolah, tipe guru yang perhatian terhadap muridnya.
19. Bang Kopli : Pemilik kedai kopi.
20. Pak Alexander : Orang yang berniat membuat pelabuhan di kampung Manowa, seorang yang licik dan mementingkan diri sendiri.
21. Camat Tiong : Seorang Camat yang jadi kaki tangannya Pak Alex, ia seorang yang haus kekuasaan dan serakah.
22. Pak Mustar : Seorang kepala pekerja yang menangani proyek pelabuhan.
Ulasan
Novel Si Anak Badai ini merupakan salah satu buku dari serial Buku Anak Nusantara karya Bang Tere Liye. Jangan anggap buku ini merupakan buku untuk anak anak saja, karena buku ini layak untuk dibaca semua usia. Dengan berlatar kehidupan anak anak pesisir pantai novel ini dikemas dengan sangat elegan. Ciri novel dari bang Tere Liye adalah unsur khas Sumatera nya, seperti penggunaan kata "Oi", juga tradisi berbalas pantun yang dipakai sekedar untuk menghibur diri, dan selalu menyertakan unsur agama didalamnya, seperti kegiatan mengaji anak anak kampung, saya paling suka saat Guru Rudi menceritakan kisah salah satu nabi, selalu saja ada pembelajaran yang bisa kita petik dari kisah tersebut, lalu ada kegiatan sholat subuh berjamaah yang masih rutin dilakukan warga kampung termasuk anak anaknya, malahan ada bagian cerita yang buat saya terpingkal yaitu saat Malim sampai ketiduran ketika sujud karena kelelahan dan kurang tidur, dan juga ketika menyambut tamu dari provinsi pun ibu ibu dari kampung manowa turut mengiringinya dengan tabuhan rebana.
Pokoknya novel ini mampu mengaduk aduk perasaan pembaca, mulai dari sedih dan ikut terharu saat Za dan adik adiknya kurang perhatian ibunya karena sibuk menjahit baju kurung yang kelak digunakan untuk menyambut tamu dari provinsi namun mendadak jadi senang dan ikut terpingkal saat bapak mencoba menghibur mereka dengan menjelaskan segala perjuangan mamak mereka yang tak kenal lelah, lalu mereka pun mencoba melakukan pekerjaan rumah yang ternyata tidak bisa mereka kerjakan dengan benar, apalagi saat mereka mencoba membuat nasi goreng yang justru keasinan. Apalagi saat geng "Si Anak Badai" sedang berkumpul pasti ada saja kelakuan mereka yang mengocok perut.
Novel ini tidak hanya berisi kehidupan anak anak saja, tapi ada unsur kekeluargaan, kegotong royongan, persahabatan, keadilan, dan tentunya keagamaan. Novel ini juga tidak hanya menceritakan kehidupan keluarga Za sebagai tokoh utamanya, tapi juga anggota geng dan warga kampung.
Kelebihan dan Kekurangan
Menurut saya kelebihan dari setiap novel karya Tere Liye yaitu mampu mengaduk aduk perasaan pembaca, ada saja kisah yang menguras emosi hingga pembaca seolah ikut didalamnya. Termasuk di novel kali ini, Tere Liye menyajikan sebuah kisah anak anak yang sangat inspiratif untuk ditiru anak zaman sekarang, dimana anak anak masih rajin ikut sholat subuh berjamaah, mengaji bersama, dan mereka termasuk anak anak yang berjiwa sosial. Mereka juga punya rasa setia kawan dan kekompakan yang tinggi, suka tolong menolong dan sekalipun mereka kadang bertengkar tapi mereka tidak menyimpan dendam. Bang Tere kalau buat kisah memang kreatif banget.
Sedangkan kekurangan dari novel ini menurut saya adalah kurangnya penjelasan mengenai Adnan Buyung yang membela Pak Kapten, kisahnya masih kurang mengena dan kurang lengkap. Tapi selebihnya novel ini benar benar menguras emosi. Top deh buat Tere Liye.
Pesan Moral
Ada banyak pesan moral yang bisa diambil dari kisah ini, diantaranya :
1. Sebagai seorang anak kita harus menghormati kedua orang tua, terutama ibu kita. Beliau adalah sosok luar biasa yang mampu mengerjakan segala macam pekerjaan sekaligus dan tanpa mengeluh sedikit pun.
2. Memaafkan itu lebih baik dari pada menyimpan dendam, setiap orang pasti bisa punya kesalahan dan kita tidak boleh mengungkit ungkitnya. Yang membedakan adalah ada orang yang belajar dari kesalahan dan ada yang tidak mengambil apa apa
3. Pendidikan itu sangat penting adanya, jangan menganggap sekolah hanya buang waktu dan biaya, karena dengan pendidikan kita bisa menaklukan tantangan dunia yang semakin berat
4. Ilmu milik Allah SWT itu sangat luas, sedangkan yang Allah anugerahkan kepada kita sangatlah sedikit. Ada yang kita ketahui dan ada yang tidak kita ketahui.
5. Janganlah membalas suatu kejahatan dengan kejahatan tapi balaslah dengan kebaikan, karena kadangkala cara terbaik melawan kekerasan adalah dengan cara lemah lembut
6. Rasa solidaritas dan setia kawan itu harganya mahal, kalau sudah punya rasa itu niscaya beruntunglah kamu karena seorang kawan yang setia tidak akan meninggalkan kawannya sendirian
7. Sahabat ibaratnya adalah saudara kita, jika ia punya masalah sudah sewajarnya kita membantunya, bukan malah mengolok olok apalagi sampai memusuhinya
8. Jadi orang kecil itu harus punya pondasi yang kuat, jangan mau ditindas apalagi diberdaya oleh kekuasaan yang memikat
9. Mencintai tanah kelahiran itu harus, sebab tanah leluhur itu telah diperjuangkan dengan susah payah oleh nenek moyang kita dulu. Jadi jangan mau diberi iming iming tempat baru lantas kita meninggalkan dan melupakannya.
10. Menjadi orang tua itu harus bijak dalam mendidik anak anak, tegas tapi jangan sampai ada kekerasan.
11. Kita harus punya tanggung jawab atas setiap perbuatan yang telah kita lakukan. Karena setiap perbuatan kita pasti akan berdampak juga terhadap orang lain. Apakah itu akan merugikan atau justru menguntungkan, tentunya kita harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita.
Nah itu adalah resensi yang saya buat agar teman teman bisa punya gambaran tentang novel "Si Anak Badai". Pokoknya harus baca soalnya banyak banget pesan dan pembelajarannya. Sekian...
Ketersediaan
1900030 | 899.2213 TER s c1 | SMP MTA Library (800) | Sedang Dipinjam (Jatuh tempo pada2024-11-29) |
1900031 | 899.2213 TER s | SMP MTA Library (800) | Sedang Dipinjam (Jatuh tempo pada2024-11-29) |
1900032 | 899.2213 TER s c3 | SMP MTA Library (800) | Tersedia |
1900033 | 899.2213 TER s c4 | SMP MTA Library (800) | Sedang Dipinjam (Jatuh tempo pada2022-01-27) |
1900250 | 899.2213 TER s c5 | SMP MTA Library (800) | Sedang Dipinjam (Jatuh tempo pada2024-11-29) |
2000043 | 899.2213 TER s c6 | SMP MTA Library (800) | Sedang Dipinjam (Jatuh tempo pada2024-11-07) |
2000044 | 899.2213 TER s c7 | SMP MTA Library (800) | Tersedia |
Informasi Detil
Judul Seri |
-
|
---|---|
No. Panggil |
899.2213 TER s
|
Penerbit | Republika Penerbit : Jakarta., 2019 |
Deskripsi Fisik |
322 hlm.; 21 cm
|
Bahasa |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
978-602-5734-93-9
|
Klasifikasi |
899.2213
|
Tipe Isi |
-
|
Tipe Media |
-
|
---|---|
Tipe Pembawa |
-
|
Edisi |
-
|
Subyek | |
Info Detil Spesifik |
-
|
Pernyataan Tanggungjawab |
-
|
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain